Selasa, 26 Juni 2012

Pers mahasiswa berlandaskan disiplin ilmu

Media massa di Indonesia

Media massa dalam sistem demokrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga stabilitas berlangsungnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak jarang media massa sering disebut sebagai pilar ke empat dari demokrasi setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam prakteknya, media massa juga memberikan contoh bagaimana prinsip-prinsip demokratisasi mampu terselenggarakan dalam tatanan masyarakat.

Praktek media massa sebagai instrumen demokrasi terlihat jelas dalam Negara-negara yang sudah lebih maju. Disana media massa menjadi indakator dalam pelaksanaan sistem politik dengan memposisikan dirinya sebagai penyeimbang agar menjaga demokratisasi tetap berjalan. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, media massa lebih berperan dalam mendorong pemerintahan menuju ke arah demokrasi. Media massa diharapkan menjadi lahan kebebasan berekspresi dan berpendapat bagi masyarakat. Selain itu media massa juga diharapkan memberikan informasi apa saja yang seharusnya dapat diterima oleh masyarakat. Marijan (2010) menjelaskan bahwa keberadaan media massa tidak adapat melepaskan diri dari corak sistem politik yang melingkupinya. Sistem politik yang demokratis tentunya memungkinkan praktek media yang lebih bebas. Di lain pihak jika sistem politiknya dikatakan belum demokratis maka kita akan menemukan praktek-praktek sensor terhadap media. Atau bahkan dalam tahapan yang ekstrem, media hanya digunakan sebagai alat propaganda penguasa atau pemerintah.

Uni Lubis Pemimpin Redaksi ANTV pernah menjelaskan di salah satu sesi seminar, walaupun berada di luar sistem formal, keberadaan media massa memiliki posisi strategis dalam memberikan informasi, pendidikan dan sekaligus alat kontrol sosial. Demokrasi akan berkembang dengan baik jika pers juga berkembang dengan baik. Melaksanakan secara utuh tugas dan fungsinya yaitu menyampaikan informasi kepada publik agar publik dapat mengambil keputusan dengan baik,serta sebagai verifikator dalam peredaran informasi yang berjalan di masyarakat.

Media massa dan mahasiswa

Melihat sejarahnya mahasiswa banyak memegang peranan penting dalam memperjuangkan demokrasi di Indonesia. Contoh besar terjadi ketika pergerakan mahasiswa mencapai puncaknya dalam menolak rezim orde baru. Disana mahasiswa berjuang dengan pelbagai macam cara hingga rezim orde baru tumbang dan terjadinya reformasi dalam pemerintahan. Usaha mahasiswa tidak boleh dikatakan berhenti sampai disitu. Usaha mahasiswa dalam memperjuangkan demokrasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan media massa. Suranto, Setiawan, dan Ginanjar (1999) menggambarkan bagaimana runtuhnya pemerintahan Soeharto berdampak bagi bebasnya media massa di Indonesia dari kontrol negara terutama soal izin penerbitan. Menurut mereka jika sebelumnya sebagian besar SIUPP dimiliki oleh kalangan tertentu yang dekat dengan kekuasaan politik, kini pelawak, pemusik, agen koran, partai-partai dan kalangan masyarakat lainnya ramai-ramai mendirikan media massa.

Mahasiswa setiap harinya akrab dengan ilmu pengetahuan dan berkutat dengan proses pembelajaran. Dengan itu tingkat kepekaan mahasiswa terhadap fenomena sosial dan budaya dapat dikatakan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat awam. Gagasan dan interaksi dalam dunia akademis sangat sayang jika tidak dibagi untuk kalangan luas. Disiplin ilmu yang dipelajari bukan lagi eksklusivitas dalam kehidupan kampus. Sudah saatnya disiplin ilmu di implementasikan dalam kehidupan nyata.

Mahasiswa dan media massa adalah dua bagian yang saling membutuhkan. Mahasiswa perlu beragam informasi yang ada di media massa, mahasiswa juga butuh ruang bagi publikasi ide-idenya. Hal itu sudah terjadi di Indonesia dengan rubrik yang ada dalam media massa dan terbuka untuk mahasiswa menyampaikan idenya. Namun rubrik khusus untuk mahasiswa yang disediakan oleh media massa sangat sedikit sekali contohnya. Misalnya Harian Surya dengan rubrik Warteg. Rubrik ini memang tidak mengkhususkan mahasiswa, namun yang banyak berpartisipasi dalam rubrik ini adalah mahasiswa. Di rubrik-rubrik opini yang lebih luas, mahasiswa akan bersaing dengan banyak intelektual-intelektual yang lebih berpengalaman. Tentu saja dalam seleksi tulisan yang akan masuk mahasiswa akan lebih sulit bersaing, apalagi ketika saingannya dipenuhi dengan banyak gelar.

Pers mahasiswa

Tujuan media massa antara lain dapat memberikan informasi, pendidikan dan sekaligus alat kontrol sosial bagi publik. Untuk itulah mahasiswa juga perlu ambil andil dalam dunia media massa. Sejak dari dulu memang banyak mahasiswa dari berbagai macam universitas yang sudah menerbitkan medianya sendiri atau biasa disebut dengan pers mahasiswa. Pers mahasiswa muncul ketika banyak media massa di Indonesia identik dengan kepentingan dan modal. Hal ini memang logis ketika media massa bertransformasi menjadi perusahaan besar dan bertanggung jawab dengan banyaknya karyawan yang ada. Begitupula ketika rezim orde baru tumbang, tak bisa dipungkiri disana pers mahasiswa juga memainkan perannya. Salah satu pers mahasiswa yang terkenal kala itu adalah buletin bergerak yang diterbitkan oleh beberapa mahasiswa dari Universitas Indonesia. Hal itu berlanjut hingga sekarang, pers mahasiswa memainkan perannya tidak kalah penting dari media massa lain di Indonesia. Saat ini hampir setiap kampus memiliki pers mahasiswanya masing-masing. Namun sayangnya pers mahasiswa yang ada di kampus seakan-akan hanya mewakili kampusnya masing-masing, dengan istilah satu kampus cukup satu pers mahasiswa. Padahal sebagaimana yang disebutkan sebelumnya kondisi ini kurang mampu menampung banyaknya gagasan yang dimiliki mahasiswa. Lebih buruknya lagi jangan sampai hanya satu pers mahasiswa yang di andalkan sebagai acuan arus informasi kampus dan tidak ada verifikasi dari pers mahasiswa yang lain.

Memang rasanya tidak terlalu sulit lagi ketika mahasiswa yang jumlahnya sudah lebih banyak sekarang dan berbagai disiplin ilmu juga dipelajari di universitas-universitas, maka perlu direalisasikan pilar keempat demokrasi ini dengan perspektif disiplin ilmu yang dipelajari mahasiswa. Belum lagi ketika menyinggung persamaan antara jurnalis dan ilmuwan. Seperti yang pernah dijelaskan oleh Adrianus Meliala dalam mata kuliah Moralitas, Etika, dan Hukum Media:

”Seorang ilmuwan menghasilkan kebenaran dengan melakukan riset dan penelitian tentang masalah-masalah sosial. Kemudian hasil penelitian itu yang akan digunakan oleh masyarakat. Sedangkan jurnalis menyampaikan kebenaran dengan menyampaikan berita yang memuat 5w1h. Secara tidak langsung pertanyaan-pertanyaan yang ada di masyarakat terjawab oleh berita yang disampaikan oleh jurnalis”.

Disini pers mahasiswa dapat memainkan kedua peran tersebut secara langsung. Mahasiswa dapat dikatakan selalu bersinggungan dengan dunia akademis dan terbiasa dengan penelitian terhadap disiplin ilmu yang dipelajari. Ditambah lagi dengan kemasan penulisan jurnalitik dalam produk pers mahasiswa. Tentunya pers mahasiswa dengan berlandaskan disiplin ilmunya masing-masing akan memperkaya khasanah keilmuan yang dihasilkan. Bayangkan ketika masing-masing disiplin ilmu yang ada di setiap universitas memilik pers mahasiswanya masing-masing. Akan banyak sekali arus informasi dan ke ilmuan yang beredar. Selain itu dengan disiplin ilmu yang dipelajari, pers mahasiswa dengan berlandaskan disiplin ilmunya masing-masing diharapkan memberikan perspektif alternatif bagi masyarakat dalam memaknai suatu fenomena sosial.

Referensi:

http://sebuahalurkonsepsi.wordpress.com/sosial-politik/peran-pers-sebagai-pilar-ke-4-demokrasi/

http://yearrypanji.wordpress.com/2011/03/10/berita-konflik-suatu-kritik-peran-media-sebagai-ruang-publik-dan-pilar-demokrasi/

http://0sprey.wordpress.com/2012/03/17/kekuatan-fungsi-kontrol-media-sosial-dalam-sistem-politik-yang-demokratis/

http://satrioarismunandar.multiply.com/journal/item/8/Bab-IV-Profil-Buletin-Bergerak?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://berkarya.um.ac.id/2011/03/19/mahasiswa-dan-media-massa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar