Selasa, 19 Juni 2012

Untuk siapa?

Polandia 1930, pasukan Jerman menyerang kota Warsaw. Dalam sebuah ruangan berdiri dua orang laki-laki dengan postur tubuh yang kurang lebih sama. Anda yakin anak muda? Jangan pernah meremehkan kekuatan yang menghadang kita disana! Mereka kuat! Dia kuat! Kita? Hanya segerombolan tikus got dihadapan mereka! Pikirkan lagi!  Kapten Szalvik berkata dengan lantang. Dihadapannya berdiri anak muda, dengan wajah menghadap ke lantai yang bercorak merah tua. Badannya terlihat gemetar, mungkin gugup. Dia coba menaikan wajahnya, memandang ke arah kapten Szalvik, sekilas wajah itu memang tidak memperlihatkan kegugupan. Namun sepertinya anak muda itu menyembunyikan sesuatu. Tapi waktu tinggal tujuh hari lagi kapten. Kami sudah mempersiapkan ini dengan matang. Menurut kapten, akankah saya dan kawan-kawan diam saja ketika ditindas? Kawan-kawan saya orang yang keras kapten! Aku yakin penyerbuan ini akan berhasil. Lima belas pucuk handgun, dan dua puluh pucuk senapan serbu sudah kami persiapkan. Belum lagi granat dan alat peledak lainnya. Sekali lagi aku yakin, kami bisa membuat kelabakan pasukan Jerman yang ada disana!.

Suasana hening.. Anak muda itu kembali mengarahkan pandangannya ke lantai. Kapten terdiam sejenak, memikirkan perkataan anak muda itu. Kapten memundurkan langkahnya, lalu duduk disebuah meja kerja. Diambilnya segelas vodka yang terletak dimeja, lalu diminumnya vodka itu. Kita ini sedang sakit. Kita ada di ambang kehancuran, golongan tua kita sudah tak berdaya. Tak ada upaya yang bisa mereka lakukan. Kota ini, Negara ini tinggal menunggu ajalnya. Coba lihat jumlah pasukan Jerman yang ada di kamp sana. Jauh lebih banyak dari jumlah pasukan kita! Apakah kamu tahu tentang cerita empat kapten Jerman yang sedang kita hadapi sekarang? Henrick si tangan besi,
Rodota si perempuan berdarah dingin, Izaak si penjilat, dan Majorek si tak kenal belas kasih. Mereka punya julukannya masing-masing. Aku yakin mereka telah menyiapkan strategi baru untuk meluluhlantahkan kota ini dan tak akan membiarkan satu oran pun selamat. Pikirkan lagi! Kalian masih bisa lari sekarang!

Kapten menenggak vodka untuk keduakalinya. Terlihat raut muka khasnya ketika vodka masuk kedalam tenggorakan. Anak muda dihadapan kapten masih memandangi lantai. Tubuhnya yang gemetar tak bisa disembunyikan lagi. Sambil mengarahkan pandangannya kedepan, anak muda itu berkata. Memang apa yang sebenarnya kapten ingin lakukan? Apa? Diam saja melihat kota ini hancur? Golongan tua dan anak-anak dibunuh? Kapten mengarahkan padangannya dan menatap keluar jendela. Memandangi kota Warsaw. Tidak jelas raut mukanya saat itu, sinar matahari sore masuk melalui jendela, bersinar kearah kapten. Aku akan potong kepala ke empat kapten Jerman itu. Mereka sudah berani menginjakan kaki di kota yang kucintai ini. Aku bersumpah akan melawan, melawan sampai darah tak mengalir lagi ditubuhku. Darah Wasrsaw, darah Polandia. Walau aku tahu, kekuatan yang ada tak ada apa-apanya dibandingkan pasukan Jerman yang ada disana. Tapi aku terlalu cinta dengan kota ini, Negara ini. Aku di didik disini, aku dibesarkan disini, aku hidup disini. Golongan tua mungkin juga sama, mereka sangat keras. Tapi mereka sadar, bahwa mereka tak punya kekuatan apa-apa untuk melawan. Mereka hanya bisa duduk, terdiam, mengenang, dan pasrah. Anak muda itu terlihat heran dengan apa yang ia dengar. 

Terlihat ia tak bisa menahan ke inginan untuk melawan pernyataan kapten. Dia berkata dengan lantang. Itu semua sama saja kan dengan tujuanku dan kawan-kawan? Kenapa kita tak coba menyerang bersama-sama? Kita habisi bersama, semua pasukan Jerman itu! Kapten mengarahkan badan dan pandangannya kearah anak muda itu. Menatapnya dengan tajam. Disini aku hanya mencoba memberikan kamu pilihan, kamu masih muda, tak pantas kamu terjebak dalam peperangan ini, kamu bisa lari ke Prancis, Inggris, aku tak tega melihat kamu tersiksa dan mati ditangan pasukan Jerman. Satu hal lagi, jika kamu melawan, untuk siapa? Untuk siapa kamu melakukannya? Warsaw akan segera mati, Polandia juga. Tak ada yang bisa diharapkan lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar